Senin, 22 Januari 2018
Kapankah Aku Berkomitmen (Istiqomah)
Aku lahir dari Ayah petani perkebunan dan Ibu Rumah Tangga, sebelumnya Mamaku juga seorang petani perkebunan. Mereka memiliki bakat turunan dari kakek dan nenekku pula, sampai kepada beberapa saudaraku. Aku tidak membahasa saudara-saudaraku, tapi aku fokus pada diriku.
Sejak kecil tentu aku tidak memikirkan serius tentang apa minat dan bakatku, atau cita-cita dan angan-anganku. Aku hidup apa adanya dengan sedikit bakat bermain cekatan seperti permainan anak-anak zaman tradisional, sampai jago berlari lebih cepat di antara sesama teman.
Sejak SD kelas 3, aku sibuk membongkar buku-buku catatan pelajaran milik Kakakku, namanya (alm) Abdul Jailani. Di halaman buku tersebut aku menemukan satu gambar yang keren sekali. Yakni seorang laki-laki bergaya rambut ala wong fei hung kemudian menggunakan setelan jaz hitam memegang sebuah senjata bren, gambar itu dibuat dengan pulpen sederhana dan diwarnai dengan warna spidol, sehingga gambar itu menarik sekali.
Menemukan hal itu aku pun menjadi terbawa ingin bisa membuatnya, aku mencoba membuatnya di sebuah buku dan tidak berhasil, gambar seperti itu hanya bisa dibuat oleh ahlinya (yang punya bakat). Aku ingin belajar membuatnya, namun Kakakku ini sering keluar bermain bersama sekawannya, sehingga aku tidak memiliki kesempatan untuk berlatih darinya.
Setiap waktu aku mencoba membuat gambar anatomi dengan gaya bebas, sesekali aku buka legi gambar buatan Kakakku untuk menambah semangat latihanku. Berlalu waktu yang lama hingga aku mulai berani mencoba membuat sebuah imajinasi cerita. Semua ini aku raih bukan semudah yang dibayangkan, tapi aku telah banyak menyimak referensi seperti bangun pagi-pagi untuk menonton serian komik di tiap hari minggu, atau mencari buku komik serta gambar-gambar unik dari buku pelajaran di sekolah. Buku yang semakin mengasahku adalah buku Biologi yang aku pungut dari reruntuhan bangunan MTs yang mau direhab. Dari buku ini aku memperoleh wawasan yang sangat luas tentang anatomi makhluk bernyawa.
Singkat cerita, aku punya tujuan yakni bisa menggambar sampai gambar tersebut keren dan sangat bagus.
Banyak kisah di jenjangku yang berikutnya dan yang lalu, nanti aku kisahkan di halaman berikutnya.
Kini aku telah lulus kuliah S1 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, aku pun telah mengenal dakwah serta aturan dalam hal tsawir. Aku kebingunan dengan bakatku yang sudah terasah dan seolah tidak ada minat lain selain angan untuk menjadi Komikus terkenal dengan penghasilan sekian-sekian sampai bisa membahagiakan kedua orang tuaku.
Aku tidak berhenti dengan bakatku ini, aku tau peluangnya dan batasannya. Yang aku galaukan bukan soal aku menggambarkah atau tidak lagi, melainkan aku sangat kewalahan dengan kesibukan pendidikan dan bekerja setiap hari sehingga waktuku untuk berkarya dan menghasilkan karya supaya bisa dijual jadi tidak ada. Itulah pertanyaan keseriusanku terhadap peluang rezeki ini.
Aku juga sudah berkomitmen untuk menjadi pengemban dakwah seumur hidupku, dan mengabdikan diri untuk Allah Swt. yakni Dakwah Islam. Aku jadikan dakwah sebagai poros kehidupanku yang akan mempengaruhi hobi, minat serta bakatku. Aku tidak akan sembarangan lagi bertingkah dan sebagainya, sebab aku tau dosa dan dampak tauladan bagi yang lain, atau menjadi bola tenis buat dakwahku. Aku berjalan di atas jalan Syari'ah dan harus ikhlas melakukannya.
Jika disingkat inilah minatku:
1. Jago dalam segala permainan,
2. Mampu menggambar sampai keren,
3. Jadi komikus terkenal,
4. Pengemban dakwah yang tauladan (aamiin),
dan yang terbaru adalah...
5. Mujahid yang tangguh, tak terkalahkan.
Anganku:
1. Sukses (segala amanah tuntas),
2. Kaya (punya usaha dan berhasil),
3. Bahagia (apa yang diinginkan tercapai),
4. Masuk Syurga (meraih ridho dan rahmat Allah Swt).
Hari ini (Minggu, 24 Februari 2019)
Aku kembali membuka dan membaca tulisan ini, ketika aku memperoleh semangat baru untuk menjadi seorang penulis [amatiran-insyaa Allah sampai profesional aamiin].
Pada tulisan di atas kulihat tak ada penjelasan tentang kenapa judulnya demikian. Maka hari ini aku mulai paham sendiri, dan semoga memang sesuai dengan maksudku di waktu itu.
Cerita dengan judul demikian adalah sebuah harapan agar aku mulai serius menggeluti bidang minat hingga anganku. Namun karena sungguh terhambat oleh semua aktivitas yang sekarang, akhirnya aku tidak bisa maksimal melakukannya.
Aku yang hari itu berharap pada diriku hari ini, namun belum pula bisa tercapai. Hari ini pun aku berharap pada diriku esok, bagaimana Zain? Ayo jawab...
Aku kembali membuka dan membaca tulisan ini, ketika aku memperoleh semangat baru untuk menjadi seorang penulis [amatiran-insyaa Allah sampai profesional aamiin].
Pada tulisan di atas kulihat tak ada penjelasan tentang kenapa judulnya demikian. Maka hari ini aku mulai paham sendiri, dan semoga memang sesuai dengan maksudku di waktu itu.
Cerita dengan judul demikian adalah sebuah harapan agar aku mulai serius menggeluti bidang minat hingga anganku. Namun karena sungguh terhambat oleh semua aktivitas yang sekarang, akhirnya aku tidak bisa maksimal melakukannya.
Aku yang hari itu berharap pada diriku hari ini, namun belum pula bisa tercapai. Hari ini pun aku berharap pada diriku esok, bagaimana Zain? Ayo jawab...
Jatuhlah Sudah
Ada seorang anak perempuan, sedang berlari baru selesai berbelanja di warung. Aku memperhatikannya, sebab ia berlari di pinggiran jalan dekat motor, mobil dan truk besar berseliweran. Aku sempat khawatir ia mengalami hal yang tidak diinginkan, sampai beberapa mobil taksi menutupi pandanganku ke arahnya. Tiba-tiba anak itu jatuh tersungkur, ia terjerembab kuat sekali, kupikir ia akan menangis. Ia kemudian bangun pelan-pelan sambil menenteng sebungkus telur yang sudah pecah tiada beraturan. Aku semakin risau menyaksikan hal itu sambil memejamkan mata sesaat, membayangkan bahwa anak itu akan segera dimarahi orang tuanya apabila sampai di rumah.
Aku melanjutkan perjalanan, kisah itu aku tinggalkan begitu saja, aku khawatir pada diriku sendiri. Aku sangat khawatir sebab siapa tahu aku juga akan mengalami hal yang serupa' ketika amanah yang kupegang, malah aku hancurkan tiada beraturan. Meskipun demikian, selayaknya aku membantu anak itu, sebab bagi siapa yang menolong orang lain, maka ia pun akan ditolong Allah Swt. namun aku tiada daya dan lemah... Semoga di kisah lainnya aku turut terlibat untuk kebaikan-kebaikan berikutnya. Aamiin.
Cerita oleh: Gohan.
*Kenapa anak itu berlari, padahal ia sedang membawa telur satu kantong pelastik.
*Sudahkah ia diperingatkan oleh orang tuanya, agar tidak berlari dan harus hati-hati.
*Itu telur dengan uang kelebihan ataukah dengan uang seadanya.
*Semoga anak itu tidak menangis, tidak jera, tetap semangat.
Jumat, 19 Januari 2018
Kehidupan Ini Menjadi Kisah Itu
Apakah benar, tiap hari ada 2 hal yang terjadi di kehidupan kita?, pertama senang atau kedua sedih.
Atau ketiga apakah ada kehidupan yang biasa-biasa saja?, tanpa lika-liku emosi.
Atau ketiga apakah ada kehidupan yang biasa-biasa saja?, tanpa lika-liku emosi.
Rabu, 17 Januari 2018
Kenali Aku Dong
Perasaan yang aneh yang muncul saat ada simbol-simbol yang familiar di hadapan kita.
Langganan:
Postingan (Atom)
Ketik Nama Blog & URL (http://) Fb,Twtr,Gogl+ Kamu
Klik smiles Untuk Emoticon
Kursus Komik Geratis!
Klik smiles Untuk Emoticon
Kursus Komik Geratis!